Kapita Selekta PAI
PERAN TGH. MUHAMMAD RAIS DALAM
MEMAJUKAN PENDIDIKAN ISLAM & PENCERAHAN SOSIAL
Disusun oleh
Dina Marlina
BAB I
PENDAHULUAN
Desa Sekarbela dikenal akrab oleh
khalayak sebagai daerah produksi kerajinan tangan perhiasan baik itu emas,
perak, mutiara dalam berbagai bentuk seperti cincin, kalung, gelang, bros,
liontin dan berbagai macam kerajinan perhiasan lainnya yang sangat menarik. Selain
itu Sekarbela juga di kenal sebagai daerah yang telah banyak melahirkan para
tuan guru (ulama).
Ada banyak orang alim yang pernah
terlahir di tanah Sekarbela hingga kini, diantaranya TGH. Musthofa Kamal, TGH.
Muhammad Ra’is, TGH. Mushtofa Bakrie-Banjar, TGH. Jalaluddin, TGH. Muhammad
Fadhil (1914 - 1977), TGH. Luqman, TGH.
Syafi’i, TGH. Muktamad Ra’is, TGH. Maqsud Ra’is, TGH. Musthofa Zuhdi, dan
lainnya. Kecenderungan masyarakat sasak pada umumnya di seluruh Lombok yang
hanya memberikan gelar “tuan guru” bagi alim ulama yang telah
menyempurnakan rukun Islam yang kelima, yaitu menunaikan ibadah haji.
Sedangkan, orang alim yang di kenal memiliki ilmu agama Islam yang dalam tetapi
belum menunaikan ibadah haji biasanya bergelar ustadz atau di Sekarbela
juga lebih lazim bergelar guru.
Sebagaimana lazimnya diketahui, tuan
guru merupkan sosok yang sangat dikagumi dan dihormati oleh masyarakat, karena
keluasan dan kedalaman ilmu agama yang dimiliki. Disamping itu tuan guru memiliki peran yang penting dalam
mendorong terjadinya perubahan pemahaman keagaman pada masyarakat. Nilai-nilai
pendidikan islam terus diturunkan kepada masyarakat melalui bentuk (lembaga)
pendidikan yang sederhana seperti halaqah-halaqah kecil sebagimana dikenal
dalam pendidikan islam tradisional, yang tidak berbentuk klasikal seperti
perkembangan pendidikan islam sampai sekarang,
Maka dalam makalah ini akan di bahas mengenai perjalanan hidup Alm. TGH. Muhammad Ra’is yang
memiliki peranan besar di ranah Sekarbela pada masa silam. Beliau adalah salah
satu diantara orang alim yang tercatat dalam sejarah Sekarbela yang memilki
karisma tinggi dan mumpuni dalam hal ilmu-ilmu agama, terutama sekali beliau
dikenal sebagai ahli ilmu-ilmu alat seperti nahwu, sharaf, balaghah dan
lainnya, disamping ilmu-ilmu keagamaan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Sejarah Hidup (Lahir - Meninggal)
Bila kita pandang wajah ulama besar ini, sepintas kita bisa
menarik kesimpulan mengenai kepribadiannya, sorotan matanya yang tajam
mengindikasikan sifatnya tegas, bakat ilmunya yang sangat cerdas, tutur
bahasanya yang lugas dan kepribadiannya yang menampilkan kesan ikhlas. Itulah
TGH. Muhammad Ra`is, ulama besar Sekarbela yang menjadi intan permata bagi
masyarakat Sekarbela yang terus bersinar hingga sekarang.
TGH. Muhammad Ra’is di
lahirkan di Sekarbela tahun 1855 M, bertepatan dengan tahun 1275 H (yakni 156
tahun yang lalu). Nama aselinya adalah
Muhammad Ra`is. Masyarakat Sekarbela lebih akrab menyebutnya TGH. Rais. Di luar
daerah Sekarbela, ia pun sering disebut Datuk Sekarbela atau Datuk
Ra`is. Ayah beliau bernama H. Toha sedangkan Ibunya bernama Ruga’iyyah.
Ra`is kecil lahir dari keluarga yang sederhana. Keta`atan dan ke`aliman ayahnya
mengalirkan ketertarikan padanya mendalami pelajaran agama Islam. Pola
pendidikan yang telah diterapkan oleh ayahnya yang islami membentuk karakternya
yang cukup tegas.
TGH. Muhammad Ra’is
menikah sebanyak dua kali. beliau menetap di Pesinggahan kecamatan Mataram. Di
Pesinggahan beliau menikah dengan misannya bernama Kibtiyyah. Dan hasil dari
pernikahan ini beliau dikaruniai putra dan putri yakni Jamil, Sa’dah dan Subki
tetapi semuaya meninggal di usia remaja.
Dari Pesinggahan TGH.
Ra’is kemudian pindah ke Sekarbela dan menikah dengan Miwasih. Dari pernikahan
ini beliau mendapatkan 6 orang putra-putri
1.
Alm.
Ibu Hj. Radmah (istri dari TGH. Jalaludin). Putra beliau yang menjadi penerus
adalah TGH. Faqih Farhan.
2.
Alm.
Mufti (meninggal di usia remaja).
3.
Ibu
Hj. Wasi’ah (istri dari TGH. Abdurrahman Banjar). Diantara putra-putri beliau
yang menjadi penerus adalah Ustad H. Tahmid, Dra.Hj.Nurul Yaqin, M.Pd (Dekan
Fakultas Tarbiyah IAIN Matarm), dan Dra.Hj.Warti’ah, M.Pd (anggota DPRD
Propinsi NTB).
4.
Alm.
TGH. Muktamad Ra’is yang meneruskan perjuangan TGH Ra’is. Beliau adalah Mudir
‘Am Pondok Pesantren Al-Raisiyah Sekarbela yang meninggal pada tanggal 20
oktober 2004. Diantara putra beliau yang menjadi penerus adalah TGH. Mashun dan
Hj. Husnah Busaini, SPd.
5.
Ibu
Hj. Fauziah (istri dari TGH. Idhar Karang Anyar) diantara putra beliau yang
menjadi penerus adalah TGH. Tanwir dan Drs. H. Wildan (staf ahli Gubernur
bidang Pendidikan propinsi NTB).
6.
Alm.
TGH. Drs. Maqsud Ra’is (Dosen IAIN Sunan Ampel Mataram, meninggal pada tanggal
22 Agustus 1997). Putra beliau yang menjadi penerus adalah TGH. Mujiburrahman
(anggota Dewan Perwakilan Rakyat daerah kota Mataram).
Waliyulloh yang dijuluki “bahrul
`ulum” ini mangkat pada hari senin tanggal 8 Januari 1967 bertepatan dengan
tanggal 8 syawwal 1387 H. dengan demikian usia beliau sewaktu meninggal dunia kira-kira
112 tahun. Menurut penuturan narasumber yang pernah bertemu langsung dengan
Maulana Syech TGH. Zainuddin Abdul Majid, diceritakan oleh Maulana Syech bahwa
semasa hidup dua ulama besar Lombok itu pernah saling berniat satu sama lain
bahwa siapapun yang terlebih dahulu dipanggil oleh Yang Maha Kuasa maka ia
harus membaca talqin untuknya. Maka dari itu,
ketika waliyulloh dari Sekarbela ini mangkat, TGH. Zainuddin Abdul Majid
(Pancor) memberikan penghormatan terakhirnya dengan membacakan talqien dan
ayat-ayat Al-Qur`an.
Salah satu bentuk penghormatan
masyarakat Sekarbela, namanya diabadikan sebagai nama masjid kebanggaan
Sekarbela, Al-Raisiyah. Selain itu, hari mangkatnya selalu diperingati setiap
tahun oleh masyarakat Sekarbela. Setelah meninggalnya seorang nuhat dari
Sekarbela ini, warisan ilmu agama Islam yang telah ditinggalkannya diteruskan
oleh murid-muridnya hingga kini. Meskipun telah berpulang, namun pengaruh dan
jasa-jasanya tak kan pernah hilang.
Namanya selalu menghiasi berbagai
karya tulis sejarah sasak yang berkaitan dengan pengembangan Islam. Sosoknya
selalu disandingkan dengan beberapa ulama terkemuka dari Lombok dari ulama
pendahulu dan penerusnya seperti TGH. Musthofa, TGH. Umar Kelayu, TGH. Zainuddin
Abdul Majid dari Pancor, yang merupkan sahabat beliau. Sahabat-sahabat beliau
yang lain adalah TGH. Saleh Hambali (Bengkel), TGH. Muchtar, TGH. Ibrahim, TGH.
Hafiz dan tua guru-tuan gguru lainnya. Ia tercatat sebagai salah satu `alim ulama
yang dimiliki oleh masyarakat sasak.
b.
Perjalanan Menuntut Ilmu
Perjalanan TGH. Ra`is
menuntut ilmu agama telah menempuh jalan yang tidak mudah. Ia telah menuntut
ilmu agama hingga di negeri para nabi, Makkah Al-Mukarromah. Pada waktu itu
beliau berusia 42 tahun. Dalam usia yang sudah tidak muda ini beliau justru
memiliki semangat yang kokoh dan tegar untuk tetap memanfaatkan umur beliau
guna menuntut ilmu-ilmu agama. Pengembaraan intelektualnya di negeri para rasul
itu berlangsung selama jangka waktu 7 tahun.
Dari 7 tahun masa
bermukimnya di Makkah, 4 tahun pertama beliau pergunakan untuk mempelajari
serta menguasai ilmu-ilmu bahasa Arab seperti nahwu, syaraf, balagah, arudh wal
qowaafi dan mantiq. Hampir ke seluruh desa pelosok di tanah suci ia telusuri
demi memperoleh perbendaharaan bahasa yang bagus. Hal ini dikarenakan beliau
menyadari bahwa tanpa ilmu-ilmu tersebut yang juga dikenal dengan ilmu alat,
maka akan sulitlah bagi seseorang untuk menggali ilmu-ilmu islam seperti
tafsir, hadits, fiqih, tauhid, tarikh dan lain sebagainya, karena pada masa
beliau ilmu-ilmu tersebut masih tertulis dalam bahasa Arab.
Oleh karena itulah maka
selama 3 tahun terakhir beliau tidaklah mengalami kesulitan berarti dalam
menghadapi kitab-kitab Arab besar dan mu’tabar, karena alat untuk membaca,
mempelajari dan mengkajinya sudah beliau kuasai.
Selama di Makkah beliau
berguru kepada TGH. Umar Kelayu Lombok Timur bersama beberapa murid yang lain,
diantaranya adalah putra dari TGH. Umar sendiri yang bernama TGH. Badar. beliau
pun berguru kepada ulama-ulama besar yang lain, diantarnya adalah Syekh Syu’aib
Magriby.
Sebagai hasil dari usaha
beliau selama 7 tahun menuntut ilmu di Makkah, berguru kepada TGH. Umar Kelayu
dan ulama besar lainnya seperti Syekh Syu’aib Magriby, beliaupun diakui
memiliki keahlian dalam banyak bidang ilmu, terutama sekali yang berkaitan
dengan ilmu alat seperti nahwu, sharaf, balaghah dan beberapa cabang ilmu alat
lainnya.
c.
Peran di Bidang Pendidikan Agama Islam dan Sosial
TGH. Ra’is menaruh
perhatian yang besar terhadap pemantapan pengetahuan masyarakat terhadap ajaran
agama islam, oleh karena itu ketika beliau menetap di Pesinggahan, beliau
membuka majlis pengajia. Di Sekarbela
TGH. Ra’is lebih giat lagi melanjutkan dan mengembangkan pengajian-pengajian
agama. Tempat beliau biasa mengajar dikenal dengan sebutan Bale Tajuk yag sekarang
ini sudah direnovasi.
Murid-murid beliau
disamping dari Sekarbela juga datang dari luar Sekarbela, dan kebanyakan
murid-murid beliau berhasil menjadi tokoh agama atau tuan guru- tuan guru yang
dihormati dan disegani masyarakat.
Diantara murid-murid beliau
yang berasal dari Sekarbela yaitu:
1.
TGH. Abdurrahman
2.
TGH. Thayyib
3.
TGH. Tahir
4.
TGH. Fadhil
5.
TGH. Jabbar
6.
TGH. Syafi’i
7.
TGH. Moh. Toha
8.
TGH. Mustafa Bakri Banjar
|
9.
TGH. Jalaludin
10.
TGH. Syafi’i bin Abdurrahman
11.
TGH. Marzuki
12.
Ust. Abdul Mukti
13.
TGH. Fauzi Abdurrahman
14.
TGH. Husni Pesinggahan
15.
TGH. Mustafa Zuhdi
16.
Dan lain-lain.
|
Sedangkan murid-murid
beliau yang dari luar Sekarbela tetapi menetap di Sekarbela selama mengaji diantaranya
adalah:
1.
TGH.
Umar (Kapek)
2.
TGH.
Mu’in (Kapek)
3.
TGH.
Najmuddin / Tuan Guru Ocek (Peraya)
4.
TGH.
Ibrahim (Lombok-Praya)
5.
TGH.
Muksin (Seganteng)
6.
TGH.
Saleh (Mamben)
7.
TGH.
Mustajab (Pagutan)
8.
TGH.
Arsyad (Pancor Dao).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
TGH. Muhammad Ra`is adalah ulama
besar Sekarbela yang menjadi intan permata bagi masyarakat Sekarbela yang terus
bersinar hingga sekarang. TGH. Ra`is menikah sebanyak dua kali. Istri
pertamanya bernama Kibtiyyah (Pesinggahan) dan Miwasih (Sekarbela).
Perjalanan TGH. Ra`is menuntut ilmu
agama telah menempuh jalan yang tidak mudah. Ia telah menuntut ilmu agama
hingga di negeri para nabi, Makkah Al-Mukarromah. Awal perjalanan mulianya di
fokuskan untuk memperdalam ilmu kebahasaan (nahwu). Hampir ke seluruh desa
pelosok di tanah suci ia telusuri demi memperoleh perbendaharan bahasa yang
bagus. Pengembaraan intelektualnya di negeri para rasul itu berlangsung selama
jangka waktu 7 tahun. Demi menuntut ilmu, ia pun harus rela berjauhan dan
memendam rindu dari seluruh keluarganya.
Salah satu bentuk penghormatan
masyarakat Sekarbela, namanya diabadikan sebagai nama masjid kebanggaan
Sekarbela, Al-Raisiyah. Selain itu, hari mangkatnya selalu diperingati setiap
tahun oleh masyarakat Sekarbela. Setelah meninggalnya seorang nuhat dari
Sekarbela ini, warisan ilmu agama Islam yang telah ditinggalkannya diteruskan
oleh murid-muridnya hingga kini. Meskipun telah berpulang, namun pengaruh dan
jasa-jasanya tak kan pernah hilang.
Sumber :
1. Iskandar S.Pd, “Mengenal Sekarbela Lebih Dekat”, Yogyakarta: Mahkota Kata,2011.
2. Tulisan
singkat yang didapat dari Perpustakaan Pondok Pesantren Al-Raisiyah yang
berjudul “Riwayat TGH. Muhammad Rais Sekarbela”.
5 komentar:
SARAN ,, klo bsaa masukan foto beliau , syukron :)
trima kasih mbak dina atas tulisannya menambah referensi saya membuat makalah
Masih ada bukunya mengenal sekarbela lebih dekat?
boleh minta nomor penulisnya gak, cb kita angkat ke layar televisi
Saya sangat bersukur, bisa menjadi salah satu keluarga beliau😢 Sekabile ku sayang... Saya ditanah nan jauh ini selalu mengamati perkembamganya. Sekarbile gel-gel besi
Posting Komentar